Bisnis Kosmetik, Formula dan Bahan

Produk Kosmetik Cruelty-Free, Apa Maksudnya?

produk kosmetik cruelty-free

Lebih dari sebelumnya, Beauty enthusiast kini ingin tahu kandungan apa yang digunakan dalam produk kosmetik dan bagaimana produk ini dibuat. Tentu, ini merupakan suatu kemajuan yang sangat baik!

Meningkatkan praktik belanja yang berkelanjutan dan kesadaran ramah lingkungan, telah membuat produsen kosmetik lebih peka akan kebutuhan konsumen mereka.

Hal ini dapat dilihat dari grafik yang telah disusun oleh databoks.katadata.co.id, berikut ini.

6-produk-ramah-lingkungan-yang-paling-banyak-dibeli-masyarakat-by-katadata

Dari data di atas kamu bisa mengetahui bahwa kosmetik menjadi salah satu produk ramah lingkungan yang dibeli oleh masyarakat sejak beberapa waktu belakangan ini.

Salah satu jenis tren yang mengusung konsep sejenis adalah cruelty-free produk kosmetik. Yang dalam prakteknya sangat menghindari adanya kekerasan pada binatang, misalnya sebagai bahan percobaan ataupun penganiayaan lainnya.

Nah, lantas apa yang membedakan produk kosmetik cruelty-free dengan vegan cosmetic. Juga apa sih yang dimaksud dengan produk kosmetik cruelty-free tersebut?

Yuk, baca ulasan lengkapnya berikut ini, ya!

Apa Arti Cruelty-Free dalam Produk Kosmetik?

Menurut Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA), tidak ada definisi hukum standar untuk istilah tersebut, sehingga merek bebas menggunakan bahasa sesuka mereka.

Biasanya tujuannya adalah untuk menarik konsumen yang teliti yang bersedia membelanjakan lebih banyak daripada orang yang tidak mempertimbangkan masalah etika. Produk bebas kekejaman pada binatang pun tidak boleh disamakan dengan produk vegan.

Cruelty-free dalam produk kosmetik mengacu penggunaan komponen/bahan dalam produk akhir tidak diujikan kepada hewan.

Dalam hal ini, meski banyak pihak yang mengklaim ‘tidak ada bahaya berarti pada hewan uji coba’, aspek yang ditekankan dalam cruelty-free sebenarnya adalah menggunakan hewan sebagai bahan uji coba.

Ini juga yang membuat vegan skincare dan cruelty-free cosmetic berbeda. Meski kedua-duanya memiliki tujuan untuk melindungi kelestarian binatang, namun dalam cruelty-free cosmetic tidak serta merta menolak penggunaan bahan hewani.

Selama bahan-bahan tersebut tidak membuat ekosistem maupun keberadaan hewan tersebut di lingkungan menjadi terancam. Misalnya, penggunaan susu sapi, yogurt, beeswax, dan bahan-bahan hewani lainnya.

Beda Label Cruelty Free dan Vegan Kosmetik

Meski arti dan konsep antara label cruelty free dengan vegan sering tumpang tindih, serta disamaartikan, sebenarnya keduanya cukup berbeda.

Cruelty Free merupakan konsep produk yang berfokus untuk mengurangi aktivitas penganiayaan dan uji coba produk pada binatang. Tentu, dalam praktiknya, tak sedikit aktivis yang juga menentang penggunaan bahan-bahan dari binatang dalam kosmetik.

Meski begitu, jika bahan-bahan tersebut tidak diambil tanpa proses penganiayaan, seperti penggunaan propolis dari sarang lebah atau asam laktat dari susu sapi. Tentu produk masih bisa masuk ke dalam cruelty free.

Sementara vegan kosmetik berkonsep seperti vegan dalam makanan, artinya menolak penggunaan bahan-bahan hewani dalam produk. Juga menolak proses uji coba pada binatang. 

Jadi vegan kosmetik menolak penggunaan hewan dalam bentuk apapun, pada penciptaan produk kosmetik.

Kriteria Produk Kosmetik dengan Label Cruelty-Free

produk kosmetik cruelty-free

Penggunaan label cruelty-free pada brand skincare, sebenarnya untuk menyiratkan bahwa proses pembuatan produk kosmetik ini tidak melibatkan kekerasan pada binatang.

Seperti menggunakannya sebagai uji coba atau aktivitas lain yang membahayakan binatang ini dengan cara apapun.

Sayangnya, karena belum ada definisi atau undang-undang pasti mengenai produk kosmetik cruelty-free ini, kriteria resmi produk kosmetik cruelty-free pun masih sangat abu-abu.

Namun secara umum, berdasarkan berbagai oranisasi legalitas dari penjuru dunia mengonsepkan bahwa produk kosmetik cruelty-free selalu mengusung beberapa karakter serperti berikut ini:

  1. Bahan-bahannya telah diuji pada hewan, tetapi produk akhirnya belum.
  2. Merek menyewa perusahaan lain untuk melakukan tes.
  3. Merek atau pabrikan mengandalkan hasil pengujian dari organisasi luar.
  4. Pengujian dilakukan di negara yang berbeda dengan negara tempat merek tersebut berada (biasanya China karena memerlukan pengujian hewan).
  5. Merek tersebut hanya menggunakan pengujian hewan jika diwajibkan oleh hukum sebagai bagian dari ekspansi ke pasar luar negeri (biasanya China).
  6. Setidaknya satu hewan dilukai atau dibunuh dan digunakan untuk bahan (apa artinya “produk hewani”), tetapi tidak ada pengujian.
  7. Merek, atau perusahaan yang terlibat dalam rantai pasokannya, telah mengandalkan hasil pengujian hewan sebelumnya dari organisasi lain, tetapi mereka tidak melakukan pengujian sendiri, merugikan hewan apa pun, atau mengambil produk atau produk sampingan yang berasal dari hewan.
  8. Baik bahan maupun produk tidak pernah diuji pada hewan, dan perusahaan yang terlibat tidak melukai atau menyembelih hewan apa pun.
  9. Merek tersebut memiliki sertifikasi bebas kekejaman (bukan peraturan hukum, tetapi tetap memberikan tingkat akuntabilitas yang lebih tinggi). Tiga definisi terakhir tersebut adalah bentuk produksi bebas kekejaman yang paling etis.

Sejarah Singkat Tren Cruelty-Free Cosmetics Product

vegan skincare

Awalnya ide cruelty-free tidak ada hubungannya dengan pengujian produk pada hewan. Itu lebih tentang alternatif produk yang tidak memerlukan penyembelihan hewan.

Masalah ini lebih menarik bagi vegetarian dan vegan daripada orang-orang yang tidak ingin hewan menderita rasa sakit dan trauma karena dijadikan sebagai bahan uji coba.

Kekhawatiran mungkin terdengar serupa, tetapi mereka fokus pada kelompok orang yang berbeda. Pikirkan tentang bagaimana ada konsumen yang makan daging tetapi berbelanja tanpa kekejaman, serta mereka yang vegetarian dan vegan tetapi tidak peduli dengan gerakan bebas kekejaman.

Bermula dari Tuntutan Aktivis Hak Binatang Tahun 1959 hingga Sekarang

Pada tahun 1959 aktivis hak-hak binatang Muriel Dowding mendirikan Beauty Without Cruelty, sebuah badan amal yang akhirnya menjadi produsen kosmetik vegan.

Dowding mendorong perusahaan pakaian jadi untuk memproduksi bulu palsu daripada menyembelih hewan dan menggunakan kulit mereka. Sekitar satu dekade kemudian, Marcia Pearson mendirikan Fashion With Compassion, organisasi serupa.

Selama tahun 80-an dan 90-an bahasa ” cruelty-free ” menjadi lebih umum, menurut konsultan bisnis hijau Shel Horowitz. Istilah ini mulai mengacu pada produk pengujian hewan dan perawatan pribadi, tidak hanya bulu palsu dan barang serupa.

Selama tahun 90-an Cruelty Free International menyelidiki dan mengekspos perdagangan monyet yang digunakan dalam penelitian dan pengujian produk. Mereka juga menciptakan Program Kelinci Melompat.

Faktor penting lainnya dalam gerakan ini adalah tuntutan hukum konsumen terhadap merek kosmetik besar yang berbohong tentang pengujian produk mereka pada hewan.

Pada tahun 2012, para aktivis perempuan menuntut para pelaku industri kosmetik atas klaim palsu mengenai produk “cruelty-free” mereka. Perusahaan telah mengkompromikan nilai-nilai mereka untuk mengakses pasar Cina, di mana pengujian hewan diperlukan.

Antara 2012 dan 2017, minat terhadap gerakan bebas kekejaman melonjak, menurut data Google Trends.

Pada tahun 2015 hingga kini, akhirnya banyak negara-negara yang mempertimbangkan adanya perubahan dan pembentukan aturan resmi mengenai kekerasan pada binatang dalam industrial. sedang mempertimbangkan undang-undang serupa yang akan melarang pengujian pada hewan.

Konsumen produk kecantikan menilai “tidak diuji pada hewan” dan bahasa bebas kekejaman lainnya sebagai klaim terpenting pada kemasan produk mereka, menurut survei Nielsen 2015. “Tidak mengandung produk hewani” juga menjadi salah satu minat utama.

Cakupan Produk-produk dengan Klaim Cruelty Free

Meski populer karena penggunaannya dalam produk-produk perawatan wajah, nyatanya cakupan klaim cruelty free tak hanya berkaitan dengan skincare saja, loh. Nah, berikut ini beberapa cakupan produk yang bisa mendapatkan klaim cruelty free.

Kosmetika

Mulai dari produk-produk dekoratif atau make up, seperti lipstik, eyeshadow, foundation, dan banyak lainnya. Juga produk-produk perawatan diri, seperti skincare, hair care, body care, dan banyak lainnya.

Produk Pembersih Rumah Tangga

Yang masuk dalam produk pembersih rumah tangga ini antara lain sabun cuci, deterjen, pembersih lantai, pembersih kaca, dan banyak lainnya.

Produk Rumah Tangga Lainnya

Termasuk produk-produk untuk mengolah makanan, produk alat-alat kantor, tisu, lilin, wax, lem, dan lain sebagainya.

Badan Penerbit Sertifikasi Produk Cruelty-Free untuk Kosmetik

Berikut ini ada tiga contoh badan atau organisasi penerbit sertifikasi produk-produk kosmetik cruelty free yang telah dinilai kompeten dan terpercaya. Apa saja? Langsung simak penjelasan ketiga organisasi tersebut di ulasan berikut ini!

Leaping Bunny 

leapping bunny logo

Merupakan satu-satunya organisasi sertifikasi yang diakui secara internasional untuk merek bebas kekejaman. Diperlukan audit independen untuk memverifikasi bahwa klaim bebas kekejaman itu benar. 

Leapping Bunny merupakan standar emas dalam sertifikasi bebas kekejaman untuk perusahaan produk perawatan pribadi dan rumah tangga dan menunjukkan tidak ada pengujian hewan pada tahap pengembangan apa pun.

Beauty Without Bunnies – PETA

beauty without bunnies peta logo

Program sertifikasi oleh PETA ini mengharuskan perusahaan untuk menandatangani pernyataan jaminan PETA atau memberikan pernyataan yang memverifikasi bahwa mereka tidak melakukan atau menugaskan pengujian hewan pada bahan, formulasi, atau produk jadi dan bahwa mereka berjanji untuk tidak melakukannya di masa mendatang.

Choose Cruelty Free (CCF) 

ccf logo

Merupakan organisasi nirlaba independen yang berbasis di Australia yang menentang pengujian pada hewan. Perusahaan yang mencari akreditasi harus menandatangani kontrak yang mengikat secara hukum. 

Agar terakreditasi, tidak ada produk dan bahan perusahaan, termasuk yang disediakan oleh pemasoknya, yang boleh diuji pada hewan. CCF juga memiliki kebijakan ketat tentang bahan-bahan yang berasal dari hewan.

Produk Kosmetik Cruelty-Free di Masa Mendatang, Apakah Terus Jalan?

Pasar produk kosmetik cruelty-free diperkirakan akan tumbuh setidaknya 6% hingga 2023, menurut laporan dari Market Research Future.

Daniel Levine dari firma konsultan tren Avant-Guide percaya bahwa generasi milenial akan terus mendorong pergerakan dengan memegang merek dengan standar integritas dan etika yang tinggi.

Saat ini konsumen dan organisasi advokasi terus mengukir lanskap di mana hanya ada satu definisi bebas dari kekejaman: definisi yang sebenarnya tidak melibatkan pengujian atau menyakiti hewan.

Menyadari bahwa minat masyarakat akan produk kosmetik yang ramah lingkungan dan tidak menyakiti hewan ini akan berkembang pesat, Mash Moshem Indonesia hadir dengan berbagai riset dan formula baru yang sangat cocok untuk mendukung industri ramah lingkungan ini.

Misalnya, sejak beberapa tahun lalu, Mash Moshem Indonesia selalu melakukan riset untuk membuat produk kosmetik yang ramah lingkungan dan menggunakan bahan-bahan organic.

Dan pada akhir September 2021 lalu, Mash Moshem Indonesia akhirnya telah tersertivikasi vegan dari BeVeg, USA. Tentu, riset ini akan terus dikembangkan demi terbentuk produk yang sangat baik untuk konsumen dan tidak menimbulkan kerugian pada alam.

author-avatar

About Mash Moshem Indonesia

PT. Mash Moshem Indonesia merupakan perusahaan jasa pembuatan kosmetik private label yang telah beroperasi sejak tahun 2011