Helmy Yahya Bagikan Tips Jitu Menghadapi Persaingan Bisnis Kosmetik 2025 di Beautypreneur Summit Vol. 5

Surabaya, 18 Juni 2025 – Dalam upaya mendukung pertumbuhan brand kosmetik lokal agar semakin adaptif dan kompetitif di tengah dinamika ekonomi global, Mash Moshem Indonesia sukses menyelenggarakan Beautypreneur Summit Vol. 5. Webinar ini menghadirkan tokoh ternama di dunia strategi bisnis, Helmy Yahya, MPA, Akt, CPMA, yang membawakan materi bertajuk “Grow Your Business in a Turbulent World.”
Acara ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan — mulai dari pemilik brand kecantikan, pebisnis pemula, pelaku UMKM, hingga praktisi industri kosmetik yang ingin meningkatkan daya saing mereka di tahun 2025. Dengan format webinar interaktif, peserta tidak hanya mendapatkan insight mendalam, tetapi juga strategi praktis yang dapat langsung diterapkan dalam pengembangan brand.
Dunia Bisnis Kosmetik dalam Pusaran Ketidakpastian Global
Dalam pembukaannya, Helmy Yahya mengajak peserta untuk melihat realita pasar global dengan kacamata yang lebih luas. Ia menyoroti pergeseran besar dalam tatanan ekonomi dunia, salah satunya adalah menguatnya posisi Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi nomor satu yang kini mendominasi tujuh dari sepuluh sektor industri strategis.
Menurut Helmy, pergeseran ini tak bisa diabaikan. Indonesia, sebagai negara berkembang dengan potensi pasar kosmetik yang besar, harus mampu belajar dari model bisnis Tiongkok yang cepat beradaptasi, efisien, dan berbasis data. Di saat yang sama, gejolak geopolitik global dan tren perubahan generasi konsumen memaksa pelaku bisnis untuk lebih lincah dan inovatif dalam mengambil langkah.
“Banyak yang masih berpikir bahwa membangun bisnis hanya soal produk. Padahal, tantangan terbesarnya justru ada pada bagaimana kita mengelola mentalitas dan kesiapan pribadi sebagai pelaku usaha,” tutur Helmy dalam sesinya.
Resiliensi, Literasi Finansial, dan Kejelian Membaca Peluang
Menurut Helmy, untuk bertahan dalam pasar yang terus berubah, pemilik usaha perlu membangun resilience mindset — yaitu pola pikir tangguh yang tidak takut gagal dan siap bangkit dengan pendekatan baru. Ia juga menekankan pentingnya literasi finansial, yang menurut data dari US Bank, menjadi penyebab utama kegagalan 82% bisnis di seluruh dunia akibat buruknya pengelolaan arus kas.
Selain itu, kemampuan untuk membaca peluang pasar menjadi aspek yang tak kalah penting. Alih-alih memaksakan diri untuk ikut arus dalam pasar yang sudah padat (red ocean), Helmy mendorong peserta untuk fokus membangun diferensiasi di pasar blue ocean — yaitu ceruk pasar yang belum banyak disentuh kompetitor.
“Misalnya, daripada membuat skincare umum seperti yang sudah banyak beredar, brand bisa memilih fokus spesifik seperti perawatan untuk kondisi kulit unik seperti chicken skin atau permasalahan kulit tropis,” jelasnya.


Strategi Praktis Bangun Brand Kosmetik yang Kuat dan Adaptif
Dalam sesi selanjutnya, Helmy menjabarkan strategi teknis yang dapat langsung diterapkan oleh peserta dalam pengembangan bisnis kecantikan:
- Bangun Komunitas yang Aktif: Brand yang ingin bertahan harus menciptakan interaksi berkelanjutan dengan audiens. Komunitas ini bukan hanya tempat promosi, tapi juga media edukasi dan validasi kebutuhan pasar.
- Perkuat Legalitas Produk: Memastikan seluruh perizinan seperti BPOM, HAKI, dan sertifikasi lainnya menjadi langkah penting dalam membangun kepercayaan konsumen.
- Fokus pada Customer Experience: Helmy menekankan bahwa menjual produk tidak cukup. Yang penting adalah menciptakan pengalaman — dari kemasan, cara komunikasi, hingga pelayanan purna jual.
- Pilih dan Bangun Hero Product: Brand perlu memiliki satu produk unggulan yang menjadi ikon identitas dan sumber konversi utama.
- Perluas Kanal Distribusi: Selain marketplace, para pelaku usaha juga disarankan untuk memanfaatkan jalur distribusi lain seperti reseller, dropshipper, hingga event offline seperti bazar dan pameran.
- Optimalkan Media Sosial dengan Strategi yang Tepat: Salah satu kunci dalam strategi digital adalah menggandeng influencer atau KOL (Key Opinion Leader) dengan pendekatan data — bukan sekadar jumlah pengikut, tapi kesesuaian persona dengan nilai brand.
Helmy juga mengingatkan pentingnya menyusun strategi berdasarkan riset perilaku konsumen. Ia menyarankan para pelaku usaha untuk terus memperbarui data target audiens, melakukan riset demografis, dan mengevaluasi kebiasaan pembelian agar bisa merancang strategi yang benar-benar efektif.
Visual, AI, dan Tren Masa Depan
Selain membahas strategi dasar, Helmy turut menyoroti pentingnya konten visual dan video marketing. Ia menyebutkan bahwa sekitar 80% konten video lebih mudah diingat oleh konsumen, menjadikannya salah satu alat komunikasi paling efektif di era digital saat ini.
Ia juga mengingatkan agar pelaku usaha mulai memahami peran teknologi baru seperti AI (Artificial Intelligence) dalam mengelola operasional bisnis dan memahami konsumen, serta memanfaatkan kombinasi pasar tradisional, modern, dan online marketplace untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Antusiasme Tinggi dan Komitmen Mash Moshem Indonesia
Antusiasme peserta terlihat jelas selama sesi berlangsung. Banyak di antara mereka aktif bertanya seputar tantangan spesifik yang mereka hadapi, termasuk membangun brand dari nol, menentukan niche market yang sesuai, hingga cara memilih influencer yang tepat untuk produk kecantikan mereka.
Sebagai penyelenggara, Mash Moshem Indonesia menegaskan bahwa Beautypreneur Summit bukan hanya ajang berbagi ilmu, melainkan bentuk nyata komitmen perusahaan dalam mendorong pertumbuhan industri kecantikan lokal yang inklusif dan berkelanjutan.
“Melalui acara ini, kami ingin menghadirkan solusi nyata yang bisa langsung diterapkan oleh pelaku usaha, bukan sekadar wacana,” ungkap perwakilan Mash Moshem Indonesia.
Dengan visi untuk menjembatani pemilik brand lokal dengan strategi dan sumber daya yang tepat, Mash Moshem Indonesia terus menunjukkan peran aktifnya sebagai mitra terpercaya dalam membangun bisnis kosmetik yang tahan banting, berdaya saing, dan relevan dengan kebutuhan pasar.

