Blue Light Skincare untuk Cegah Radiasi Elektromagnetik, Apakah Diperlukan?

blue light skincare

Apakah kamu sudah pernah mendengar kabar inovasi blue light skincare? Produk satu ini belakangan menjadi perbincangan dan menarik hati para pecinta kosmetik. Namun, pertanyaannya apakah benar inovasi ini diperlukan?

Adanya pandemic coronavirus Covid-19 yang seperti tak ada ujungnya ini, membuat banyak hal dari gaya hidup kita yang akhirnya – mau tidak mau – juga turut berubah.

Karena harus membatasi diri dari pertemuan sosial dan banyak menghabiskan waktu di rumah saja, banyak dari kita yang akhirnya mengalihkan waktu luang dengan duduk berjam-jam di depan perangkat digital.

Nah, tingginya waktu yang kita habiskan di depan layar gadget ini dinilai berpengaruh buruk pada kesehatan kulit. Khususnya dengan membuat wajah jadi lebih tua dari sebelumnya.

Alasan inilah yang akhirnya membuat berbagai produsen kosmetik, baik besar maupun kecil, memproduksi skincare berlabel anti-blue light atau anti HEV (yakni pita cahaya berenergi tinggi di mana cahaya biru berenergi tinggi jatuh).

Namun, enggak memungkiri juga, banyak orang yang masih ragu akan kebenaran efek blue light dari gadget untuk kesehatan dan kecantikan kulit.

Karenanya dalam artikel kali ini, akan disajikan rangkuman dari berbagai sumber terpercaya yang membahan efek buruk radiasi gadget pada kulit dan fakta soal blue light skincare.

Apakah kamu penasaran? Langsung baca artikelnya hingga habis, jangan ketinggalan sedikit pun!

Blue Light: Definisi dan Asal Usul

Blue light merupakan radiasi elektromagnetik dalam pita panjang gelombang tertentu, juga diukut dalam beberapa bentuk bergantung di mana spektrum energi itu terjatuh.

Cahaya biru berada dalam spektrum cahaya yang tampak, yang diketahui memiliki panjang gelombang antara 400-525 nano meter (nm) serta berada pada pita panjang gelombang energi tinggi (HEV).

Sebenarnya, kita setiap hari berisiko terpapar bentuk radiasi elektromagnetik sepanjang hidup kita. Sebaba, bentuk radiasi ini bisa berasal dari manapun, misalnya sinar-X, sinar ultraviolet, gelombang radio, hingga gelombang mikro.

Yap! Kamu mungkin menandai sinar matahari disebut-sebut dalam pembahasan ini. Sebab, sinar matahari merupakan sumber terbesar dari radiasi blue light, yang juga dapat diserap dengan lebih efektif oleh kulit manusia.

Nah, sumber blue light yang kita bahas sekarang adalah yang dipancarkan dari berbagai perangkat teknologi elektronik. Misalnya dari lampu LED, laptop, TV, Handphone, dan berbagai benda sejenisnya.

Dampak Blue Light pada Kulit Wajah: Dari Berbagai Jurnal Penelitian

iklan media elektronik

Penggunaan smartphone dan berbagai jenis elektronik lain, yang memungkinkan kulit terpapar blue light dalam waktu cenderung lama, menjadi salah satu hal yang kini diyakini sebagai penyebab berbagai masalah pada kecantikan kulit.

Tak hanya pada masyarakat awam, sebenarnya banyak perdebatan soal isu ‘efek buruk blue light untuk kesehatan kulit’. Namun, berikut beberapa penelitian yang berkaitan dengan masalah tersebut yang bisa kamu simak dengan ringkas.

Memicu Penuaan Dini

Dilansir dari Formula Botanica, pada tahun 2010 terdapat sebuah studi yang mempelajari efek blue light pada kulit normal dalam hal photodamage.

Mulanya, pada penelitian ini tidak ditemukan korelasi antara blue light dengan kemunculan bintik hitam penuaan atau tanda penuaan kulit lainnya.

Namun, rupanya pada penelitian lain, menunjukkan bahwa blue light bisa bekerja serupa paparan sinar UVA. Yap, diperkirakan sinar ini bisa masuk ke dalam kulit, berpotensi merusak sel-sel yang ada, kemudian menyebabkan penuaan dini.

Sebenarnya, hal ini cukup masuk akal. Sebab pada tahun 2010 intensitas penggunaan perangkat elektronik tidak sebesar yang kita lakukan belakangan ini.

Menghambat Pertumbuhan dan Regenerasi Sel Kulit

Pada tahun 2019 lalu, penelitian terkait blue light effect berlanjut. Dijelaskan bahwa cahaya biru bisa mengganggu srikadian dan menciptakan kerusakan pada sel-sel kulit, menujukkan adanya gangguan pada ‘jam biolgis’ sel kulit kamu.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sel-sel kulit epidermis dapat merasakan cahaya secara langsung dan mengontrol ekspresi gen jam mereka sendiri.

Paparan cahaya biru memicu sel untuk “berpikir” itu siang hari bahkan di malam hari. Akibatnya, ini mengurangi kemampuan sel untuk menggunakan tidur kita selama jam-jam gelap untuk memperbaiki diri dan melakukan pekerjaan perawatan kulit normal mereka.

Meningkatkan Produksi Radikal Bebas dalam Tubuh

Lebih lanjut, dalam Formula Botanica pun dijelaskan bahwa, penelitian tentang oksida besi dan cahaya biru menyebutkan juga bahwa cahaya HEV dikatakan berkontribusi terhadap penuaan dini dengan menghambat fungsi sel normal.

Nah, fenomena di ataslah yang kemudian menghubungkan efek blue light dengan kesehatan dan kecantikan kulit wajah seseorang.

Studi tahun 2019 yang kami sebutkan sebelumnya menyimpulkan bahwa cahaya biru dapat meningkatkan produksi radikal bebas, kerusakan DNA, dan mediator inflamasi dengan efek merusak.

Akhirnya, akan terjadi peningkatan kerusakan pada jaringan kulit, maupun menimbulkan masalah terhadap fungsi normal kulit keseluruhan, yang akhirnya dalam jangka panjang akan mempercepat penuaan.

Blue Light vs Sinar Matahari

Beiersdorf adalah pusat penelitian utama yang bekerja untuk merek kosmetik multinasional dan memiliki tim ilmuwan yang terlibat dalam penelitian biologi kulit dan prinsip dasar biologi, kimia, dan fisik untuk perawatan kulit yang optimal.

Menurut temuan yang dirilis pada awal Mei 2021, Beierdorf menyatakan bahwa meskipun kita menghabiskan waktu berlebihan terus menerus di depan layar atau perangkat yang memancarkan HEV, efeknya pada kulit kita dapat diabaikan.

Namun jika kamu menghabiskan satu minggu penuh di depan monitor tanpa gangguan pada jarak 30 cm dari layar, ini akan sama dengan hanya satu menit di luar pada hari musim panas yang cerah di Hamburg pada tengah hari.

Beiersdorf menekankan bahwa HEV yang dipancarkan oleh sinar matahari sejauh ini tetap menjadi perhatian terbesar dan menunjukkan penelitiannya selama bertahun-tahun, yang terbukti bahwa varian cahaya biru yang dipancarkan dari sinar matahari memang menyebabkan stres oksidatif pada kulit, yang mengarah pada tanda-tanda penuaan dini dan hiperpigmentasi.

Produk Blue Light Skincare

Sebenarnya, efek buruk blue light dari gadget ini dapat diminimalisir dengan mengurangi intensitas bermain ponsel ataupun alat elektronik lainnya.

Namun, bila kamu merasa terlalu sering menggunakan gadget dan ada perubahan yang cukup mengganggu di kulit, produk blue light skincare bisa kamu coba.

Produk blue light skincare biasanya dibuat dengan dua bahan utama dalam mencegah dampak buruk radiasi biru pada kulit. Yakni, pertama menggunkaan bahan topical untuk menyaring, melemahkan, dan menangkal blue light sehingga tidak terserap dalam kulit.

Kedua dengan meningkatkan sistem jaringan kulit agar kembali normal, menghalau jumlah radikal bebas dalam tubuh, pun mencegah adanya kerusakan sel, dengan menggunakan bahan-bahan yang kata antioksidan.

Beberapa jenis bahan alami seperti keratonoid, vitamin C, vitamin E, provitamin A, bisa bekerja sebagai antioksidan yang cukup kuat serta efektif mengembalikan vitalitas sel kulit.

Nah, itu adalah ulasan mengenai efek buruk radiasi biru dari gadget dan soal blue light skincare yang bisa mencegah kerusakan pada kulit.

Bagaimana menurutmu?

About Author

Mash Moshem Indonesia

PT. Mash Moshem Indonesia merupakan perusahaan jasa pembuatan kosmetik private label yang telah beroperasi sejak tahun 2011

Related posts

Leave a Comment