Conversational Copywriting, Kiat Lebih Dekat dengan Target Audience

conversational copywriting

Pernahkah kamu membaca suatu konten copywriting yang membuatmu merasa terhipnotis dan tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang produk yang diiklankan? Nah, agar pembaca tak merasa bosan dengan iklan tersebut, banyak pemasar yang menggunakan conversational copywriting, lho.

Konten seperti itu biasanya menggiring kamu untuk mendengarkan cerita yang dikemas seperti obrolan sehari-har. Dengan begitu pembaca / audience akan lebih tertarik untuk membaca lebih lanjut dibanding dengan konten tulisan yang panjang dan membosankan.

Teknik tersebut dikenal dengan istilah conversational copywriting. Teknik kepenulisan konten iklan ini banyak digunakan oleh berbagai macam perusahaan untuk mengakrabkan diri dengan audiensnya.

Tujuannya sudah pasti untuk menjaring lebih banyak calon konsumen yang berpotensi untuk membeli produk mereka iklankan.

Teknik conversational copywriting ini mudah kamu terapkan setelah memahami teknk-tekniknya dengan baik. Apakah kamu penasaran dengan teknik conversational copywriting dan bagaimana penerapannya? Baca artikel ini dan temukan jawabannya.

Apa itu Conversational Copywriting?

Sebelum mempelajari mengenai conversational copywriting, apakah kamu sudah memahami apa itu copywriting?

Bagi kamu yang belum tahu, copywriting adalah suatu metode pembuatan materi berupa tulisan yang bertujuan untuk mengajak calon konsumen untuk melakukan pembelian dan pemakaian terhadap produk.

Konten tersebut dapat berupa edukasi mengenai produk, informasi cara pembelian atau berlangganan, informasi promo, dan yang paling penting adalah ajakan untuk mengubungi bagian penjualan. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan.

Lalu, apakah conversational copywriting itu? Berangkat dari arti conversational yang dalam bahasa Inggris berarti percakapan. Sehingga, conversational copywriting adalah teknik menulis konten yang seakan-akan seperti berbicara langsung dengan audiens.

Trik copywriting ini sedang populer di kalangan pebisnis dan pemasar digital, loh.  Mengapa demikian? Hal tersebut karena teknik conversational copywriting mampu menghipnotis audiens karena memiliki kesan lebih akrab seperti mengobrol secara lisan.

Hal tersebut tentu lebih menyenangkan daripada ketika menggunakan bahasa tulisan yang pada umumnya terkesan kaku, kurang hidup, dan tidak memiliki rasa.

Walaupun begitu, bukan berarti kamu dapat menuliskan semua kata. Kamu harus menyesuaikan kalimat yang kamu buat dengan konteks periklanannya agar kalimat yang tersebut tidak berlebihan.

Selain itu, teknik conversational writing ini juga lebih mudah Warganet terima. Karena kebanyakan dari mereka merasa lebih nyaman dan senang membaca informasi secara skimming (membaca hanya pada bagian-bagian tertentu, bukan keseluruhan) dibanding dengan penulisan yang kaku dan terstruktur.

Manfaat Menggunakan Conversational Copywriting

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, penerapan teknik conversational writing pada strategi periklanan memberikan kesan yang lebih dekat dan hangat antara brand dan audiens. Dengan begitu, interaksi yang terjalin di antara keduanya pun menjadi lebih luwes.

Bukan hanya itu, teknik conversational writing masih memiliki segudang manfaat untuk mengiklankan produk atau layanan kamu. Apa sajakah itu? Simak di bawah ini.

Cocok untuk Penulisan Konten di Website

Pada umumnya, sebuah brand yang besar memiliki website untuk membangun brand. Hal tersebut sekaligus juga dapat memberikan kesan yang lebih profesional di mata publik.

Melalui website tersebut, perusahaan dapat berinteraksi dengan mengunggah sejumlah informasi kepada audiensnya, mulai dari kampanye, perkenalan produk baru, maupun artikel-artikel yang relevan dengan brand yang diusung.

Akan tetapi, tidak semua warganet berkenan menghabiskan waktunya untuk membaca informasi yang disampaikan. Dengan demikian, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan tersebut karena akan memengaruhi traffic websitenya.

Nah, kira-kira bagaimana cara untuk membuat para audiens merasa lebih betah saat mengunjungi website kamu?

Hal tersebut dapat kamu lakukan dengan menghidupkan interaksi di antara kamu dan audiensmu dengan menerapkan teknik conversational copywriting pada konten pemasaranmu.

Alih-alih menjenuhkan, audiens malah diajak ngobrol melalui konten yang ditulis dengan teknik ini sehingga peluang mereka untuk menyimak tulisan kamu sampai akhir pun jadi lebih besar.

Selain itu, konten website yang dibuat dengan teknik conversational copywriting akan lebih mudah memengaruhi alam bawah sadar audiens. Jadi, jangan heran kalau tiba-tiba produk atau layanan yang kamu iklankan mendapatkan respons positif, ya.

Cocok untuk Caption Media Sosial

Teknik conversational copywriting tidak hanya dapat kamu terapkan dalam konten Website, loh. Kamu juga dapat menggunakannya sebagai caption pada postingan di media sosial bisnis kamu.

Apalagi, saat ini telah banyak platform media sosial yang dapat digunakan sebagai media kampanye pemasaran yang dapat diandalkan, seperti Instagram, Facebook, Twitter, TikTok, YouTube, dan lain-lain.

Gaya penulisan pada teknik conversational writing yang terkesan lebih ringkas dan to the point sangat cocok diaplikasikan pada caption postingan di media sosial.

Seperti yang kita tahu, media sosial memiliki ruang yang terbatas bagi penggunanya untuk membaca artikel yang panjang lebar sehingga penerapan teknik conversational copywriting dianggap sebagai cara yang paling jitu.

Dalam upaya menarik minat audiens untuk membaca caption kamu, pastikan kalimat pada caption yang kamu buat dapat memancing rasa ingin tahu audiens bahkan dari sejak kalimat pertama. Dengan begitu, mereka akan lebih tertantang untuk mengetahui lebih dalam produk atau layanan yang kamu iklankan.

Menunjukkan Empati

Manfaat lain dari penerapan conversational copywriting adalah mampu menunjukkan empati sehingga audience akan merasa puas dengan konten yang kamu buat.

Dengan pengalaman yang memuaskan setelah membaca kontenmu, ke depannya mereka tidak akan membiarkan kontenmu lewat begitu saja karena mereka akan senantiasa tertarik untuk membaca.

Kesan akrab dan hangat ketika menggunakan teknik conversational copywriting juga menjadi nilai tambah buat brand kamu. Teknik ini juga cocok jika kamu aplikasikan pada konten kamu untuk menjaga loyalitas konsumen yang telah ada dan sekaligus menjaring calon konsumen baru.

Melalui teknik conversational copywriting ini, audience yang ada dapat menjadi target pasarmu bisa berubah menjadi leads dan berakhir menjadi pelanggan setia yang menggunakan produk atau layananmu.

Menghapus Jarak Antara Brand dan Audiens

Beberapa perusahaan biasanya terkesan sangat resmi sehingga terdapat jarak antara perusahaan dengan audiensnya. Meskipun demikian, jarak tersebut dapat dihapuskan tanpa menghilangkan kesan profesional dengan teknik conversational writing. Bukan hanya itu, gaya bahasa yang lebih santai menjadikan konten kamu lebih fleksibel untuk semua kalangan.

Tidak hanya menjadi konten copywriting yang menghipnotis audiens, teknik conversational copywriting ini juga mampu menambah keakraban bisnis dengan para audiens.

Tidak seperti zaman dahulu yang terkenan kaku, di era ini kamu bisa menjaga keprofesionalan kamu dalam berbisnis sembari bersikap sopan, ramah, ceria, bahkan dengan menebar humor dalam iklan kamu.

Cara Menerapkan Conversational Copywriting

Setelah memahami apa itu conversational copywriting dan manfaatnya, kamu mungkin merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang cara penerapannya, bukan?

Pembuatan konten dengan teknik conversational writing tidak sesulit di bayangan, kok. Itu karena konsep yang digunakan hampir mirip dengan percakapan sehari-hari. Nah, berikut ini beberapa cara penerapan teknik conversational copywriting.

Sesuaikan dengan Target Audiens

Hal pertama yang harus kamu perhatikan saat akan menggunakan teknik conversational writing adalah memahami target audiens kamu.

Dengan mengetahui karakteristik target audiens, kamu bisa mengetahui gaya berbicara mereka mengingat gaya berbicara setiap orang berbeda sesuai dengan usia, gender, hingga hobinya. Makin spesifik target audiens kamu, makin mudah untuk kamu menemukan gaya bahasa yang sesuai.

Meskipun hal tersebut terkesan sepele, gaya bicara yang kamu gunakan akan memengaruhi minat audiens terhadap konten kamu, loh. Misalnya, jika target audiensmu adalah orang-orang dewasa, tentu saja mereka tidak akan tertarik dengan gaya bahasa anak sekolah.

Maka dari itu, gaya kepenulisan conversational writing memang penting sekali untuk diperhatikan agar konten kamu disimak. Kamu pasti kamu juga tidak suka jika membaca teks yang gaya penyampaiannya tidak sesuai dengan gaya pribadi kamu, kan?

Bukan hanya tentang gaya bahasa, pahami juga topik pembicaraan yang sedang hangat di kalangan target audiensmu. Dengan mengantongi kedua informasi tersebut, maka kamu tidak akan kesulitan menerapkan teknik conversational copywriting ini.

Pahami Ketertarikan dan Minat Audiens

Memahami ketertarikan dan minat audiens juga merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Dengan memahaminya, kamu dapat menyesuaikan isi konten kamu dengan keterarikan dan minat audiensmu.

Jika konten yang kamu buat sesuai dengan mereka, tentunya mereka akan lebih tertarik untuk mengikuti update dari konten-konten yang kamu buat ke depannya.

Gunakan untuk Konten Storytelling

Konten storytelling atau yang bernada cerita tentu cukup populer di masyarakat. Pasalnya, hampir semua orang suka bercerita dan mendengarkan cerita orang lain.

Meskipun cerita tersebut sederhana, jika dapat mengemasnya dengan tepat maka akan lebih menarik untuk audiens simak. Hal ini juga bisa kamu terapkan dalam menulis konten dengan teknik conversational writing.

Dengan menerapkan storytelling, kamu akan lebih dekat dengan audiens lewat topik-topik ringan. Meskipun teks conversational writing bersifat singkat, bukan berarti kamu tidak dapat menyelipkan ksiah menarik yang menggugah emosi di dalamnya.

Penerapan storytelling dalam konten kamu tidak hanya membuatnya lebih menarik, tetapi juga dapat meningkatkan engagement.

Ingin tahu lebih banyak soal konten story telling dan cara buatnya? Simak di sini.

Perhatikan Intonasi dan Panjang Kalimatnya

Jika konten copywriting biasanya cenderung lebih lebar, maka tidak demikian halnya dengan conversational copywriting yang terkesan lebih singkat, padat, dan jelas. Seperti layaknya percakapan lisan yang pendek, usahakan teks yang kamu buat juga singkat, padat, dan jelas.

Sebenarnya, tidak ada patokan untuk seberapa panjang teks yang ada dalam conversational copywriting. Beberapa penulis ada yang mematok maksimal 13 kata saja dalam 1 kalimat, sebagian lainnya mungkin 10 atau 15 kata dalam satu kalimat.

Namun, angka tersebut bukan merupakan patokan yang paten sehingga kamu dapat mengukur sendiri panjang pendek kalimat teks sesuai dengan kebutuhanmu. Pastikan panjang kalimat tidak berlebihan atau berbelit-belit agar konten yang kamu buat tetap enak audiens baca.

Hindari Penggunaan Jargon

Dalam penulisan konten dengan teknik conversational copywriting sebaiknya kamu hindari menggunakan jargon, istilah, atau kata-kata asing yang tidak mudah audiens pahami. Hal ini penting agar audiens tidak kesulitan memahami informasi yang kamu sampaikan.

Selain itu, kamu dapat menggunakan kosakata umum yang mudah dipahami atau sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Jika kamu memang harus menggunakan kosakata asing, jangan lupa untuk menyertakan definisi dari kata tersebut di sebelahnya.

Perlu kamu ingat, bahwa penting sekali untuk kamu menyesuaikan isi narasi tulisanmu dengan tingkat pengetahuan audiensmu. Menulis untuk audiens awam pastinya akan berbeda dengan audiens yang sudah lebih ahli atau berpengalaman dalam suatu topik.

Sesuaikan dengan Kondisi dan Tujuan Kampanye

Teknik conversational copywriting terkenal dengan kesan santainya sehingga lebih mirip seperti obrolan sehari-hari. Akan tetapi, ada kalanya kamu membutuhkan gaya tulisan yang lebih formal, terutama jika kamu tengah membahas tentang hukum, ekonomi, atau kesehatan. Oleh karena itu, kamu harus bisa menyesuaikan tulisanmu dengan kondisi dan kebutuhan.

Demikian pembahasan mengenai definisi conversational copywriting, manfaat, dan cara penerapannya dalam bisnismu. Seperti yang kita bahas di atas, penerapan teknik conversational copywriting sangat cocok untuk kamu terapkan dalam promosi produk di era serba digital ini. Pasalnya, hampir semua orang lebih banyak menghabiskan waktu senggangnya untuk berselancar di internet.

Dengan menerapkan conversational copywriting yang terkesan singkat, ramah, dan menyenangkan, target audiens akan merasa lebih tertarik untuk mengetahui produk atau layanan yang kamu iklankan.

Selain itu, gaya bahasa dan nuansa yang terdapat dalam konten tersebut dapat mengakrabkan hubungan sekaligus menghapus jarak antara brand dan audiens.

Jadi, apakah kamu tertarik untuk menerapkan teknik ini pada konten promosi kamu? Selain soal conversational copywriting, kamu bisa menemukan berbagai tips promosi dan branding lainnya di laman Berita Terkini.

About Author

Mash Moshem Indonesia

PT. Mash Moshem Indonesia merupakan perusahaan jasa pembuatan kosmetik private label yang telah beroperasi sejak tahun 2011

Related posts

Leave a Comment