Kandungan Surfaktan dalam Skincare, Apakah Aman Digunakan?
Setidak peduli apapun seseorang dengan kesehatan dan kecantikan kulit, setidaknya memiliki moisturizer, facial foam/facial wash, juga sunscreen dalam lemari mereka.
Ketiga produk skincare ini merupakan jenis yang sangat basic, satu bekerja untuk mengangkat kotoran dan minyak berlebih, kedua akan membantu melembapkan wajah dan menutrisi kulit, sementara yang ketiga akan mebantu melindungi dari dampak buruk paparan sinar matahari berlebihan.
Yang paling banyak dan pasti dimiliki oleh setiap orang utamanya adalah face cleanser, atau dalam hal ini sabun muka. Wajar juga, mengingat kondisi iklim Indonesia yang panas dan super lembap, siapa yang suka membiarkan wajah kotor serta penuh keringat seharian?
Tentu tidak ada. Sebagian besar orang akan mengaku suka mencuci wajah mereka karena sensasi menyehatkan dan bersih yang mereka rasakan.
Namun sensasi kulit yang terasa ketat dan ‘bersih’ ini justru menunjukkan bahaw kelembapan alami pada kulit wajahmu turut menghilang. Bayangkan kalau setelah sekali cuci muka kamu mengalami hal ini, lalu bagaimana kalau kamu sampai berkali-kali cuci muka dalam sehari?
Efek ini dihasilkan oleh kandungan surfaktan dalam produk pembersih wajah, salah satu jenisnya yang paling umum digunakan adalah SLS atau Sodium Lauryl Sulfate. Apakah kamu merasa familiar dengan bahan alami ini?
Apalagi kalau mengingat surfaktan banyak disebut-sebut sebagai kandungan yang harus dihidnari oleh para pemilik kulit kering dan sensitif. Memang apa sih yang dimaksud dengan surfaktan dan apa perannya dalam formula skincare.
Apakah yang Dimaksud Surfaktan?
Surfaktan merupakan salah satu senyawa kimia yang sebenarnya memiliki dua sifat sekaligus, yakni bersifat hidrofilik dan hidrofobik dalam satu molekul yang sama.
Kedua sifat itu sangatlah berbeda, satunya dapat terikat dengan mudah dengan air (hidrofilik). Sementara satunya bersifat sangat berbeda dengan bekerja mengikat air, lemak, juga kandungan minyak.
Nah, jenis surfaktan yang kerap digunaka dalam berbagai produk skincare ini biasanya yang bersifat hydrophobic. Sehingga mampu mengangkat kotoran, minyak, juga lemak berlebih dari permukaan kulit wajah kamu.
Beberapa produk yang sering menggunakan surfaktan adalah facial wash, sabun mandi, sampo, juga deterjen. Selain dari kemasannya, sebuah produk yang menggunakan surfaktan akan memiliki busa yang cukup banyak.
Surfaktan dalam Skincare
Meski tak semua surfaktan bersifat hidropobik dan bisa menimbulkan iritasi, tapi reputasi surfaktan sendiri secara umum tidak terlalu bagus, khususnya dalam bentuk SLS.
Ini dikarenakan surfaktan hidropobik, utamanya SLS, dapat mengangkat minyak dari wajah dengans angat kuat. Sehingga akan membuat kulit kehilangan minyak alaminya sendiri, membuat wajah rentan kering dan iritasi.
Tapi apakah surfaktan memang memiliki dampak seburuk itu pada kulitmu? Padahal bahan akatif ini dikatakan memiliki sifat yang dapat terlarut dan terikat dalam air, bukan?
Sayangnya, jika jenis surfaktan yang tengah dibicarakan ini adalah SLS maka jawabannya iya. SLS bisa mebuat kulit jadi kian kering dan teriritasi, efeknya akan lebih buruk pada orangn yang memiliki jenis kulit sensitif.
Ini dikarenakan, kulit yang normal memiliki membrane pelindung terdiri dari ceramide, asam lemak, dan lipid dengan pH normal. Namun, pada kulit yang kering, sensitif, dan rentan berjerawat, membrane pelindung ini sangat tipis dan rapuh.
Sehingga ketika menggunakan cleanser dengan kandungan SLS yang cukup tinggi akan dapat merusak keseimbangan pH kulit, akhirnya membuat skin barrier juga turut bermasalah.
Tiap Kulit Memiliki Reaksi yang Berbeda Terhadap Surfaktan
Kamu pasti menyadari kalau setiap orang memiliki jenis kulit yang berbeda-beda. Hal ini pun mempengaruhi reaksi mereka terhadap kandungan surfaktan dalam skincare, lho.
Karenanya mengatakan surfaktan dalam skincare bisa berpengaruh enggak bagus pada kulit, secara umum pun dapat dibilang kurang tepat.
Misalnya ketika kamu memiliki kulit yang cenderung berminyak dan sering berkeringat, penggunaan surfaktan dalam kadar rendah mungkin saja tidak berefek buruk padamu.
Hal ini tentunya akan berbeda untuk orang yang memiliki masalah dengan kulit kering dan sensitif, yang sejak awal telah memiliki masalah dengan skin barrier mereka sendiri.
Penggunaan surfaktan dalam skincare, khususnya yang bersifat hidropobik, dengan kadar yang paling kecil sekalipun bisa menyebabkan kerusakan lanjutan pada membrane pelindung tersebut.
Yakni dengan membuatnya lebih kering, mengganggu keseimbahan pH kulit, bahkan rentan menimbulkan reaksi iritasi dan kemerahan.
Alternatif Surfaktan dalam Skincare dari Bahan Alami
Kabar baik buat kamu yang masih takut untuk menggunakan face cleanser dengan kandungan SLS, sebab sekarang ada alternatif surfaktan dalam skincare yang diambil dari bahan-bahan alami.
Dilansir dari Formula Botanica, berikut beberapa alternatif surfaktan alami yang perlu kamu tahu dan coba sebagai pengganti sabun muka berbahan terlalu keras.
Simak baik-baik, ya, Guys!
Coco Betaine
Salah satu jenis surfaktan alami yang pertama adalah coco betaine, yang merupakan bentuk turunan dari minyak kelapa. Bahan alami satu ini mampu mengangkat kotoran dan minyak berlebih dari permukaan kulit, namun tidak akan membuat kamu kering, lho!
Biasanya coco betaine dapat dengan mudah ditemukan pada produk face cleanser dengan label herbal atau organic. Karena memang dari segi konsep, secara keseluruhan formula produk dibuat dari bahan alami.
Sodium Cocoyl Glycinate
Jenis surfaktan satu ini enggak kalah jauh dengan jenis yang pertama. Yap! Sodium cocoyl glycinate merupakan jenis surfaktan yang dapat bekerja untuk menghidrasi kulit, sehingga ketika digunakan untuk membersihkan wajah tidak akan membuatnya mudah kering.
Sodium cocoyl glycinate merupakan bentuk turunan asam amino, yang diperoleh dari hewan maupun tumbuhan-tumbuhan. Meski begitu, jenis surfaktan ini bisa juga diproduksi secara sitetis, yakni dari kandungan asam amino dan asam lemak esensial pada coconut oil.
Coco Glucoside
Coco glucoside jadi salah satu jenis surfaktan dalam skincare dari bahan alami yang bakalan kita bicarakan selanjutnya. Senyawa ini didapatkan dari olahan minyak kelapa, gula, dan juga sari buah-buahan, serta berbagai macam sayuran.
Jenis surfaktan satu ini kerap dimanfaatkan ke dalam formula facial cleanser yang mengandung busa lembut. Yang lebih menariknya lagi, coco glucoside memiliki sifat yang sangat ramah lingkungan, yakni dengan tidak meninggalkan residu maupun endapan yang dapat mencemari saluran pembuangan air.
Decyl Glucoside
Slaah satu jenis surfaktan alami lainnya adalah decyl glucoside, yang merupakan surfaktan hidrofilik, yakni tidak mengikat air dan limbahnya gampang diurai.
Decyl glucoside memiliki busa yang lebih sedikii, dibandingkan produk perawatan yang menggunakan surfaktan coco glucoside.
Surfaktan alami ini diambil dari olahan minyak kelapa, gula, dan buah-buahan. Konsistensinya akan lebih kental dan umumnya digunakan pada produk-produk perawatan kulit bayi. Karena sifatnya yang sangat ramah di kulit dan tidak akan menimbulkan iritasi.
Lauryl Glucoside
Jenis surfaktan dalam skincare alami selanjutnya adlaha lauryl glucoside, yang memiliki konsistensi lebih kental dan komposisi molekul yang lebih panjang. Karenanya, produk ini pun dinilai sangat sulit untuk berbusa bahkan ketika diperciki air sekalipun.
Secara keseluruhan, manfaat dan sifatnya hampir serupa dengan Decyl glucoside dan Coco glucoside. Ketiganya, cenderung ramah di kulit dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit kamu.
Potassium Laureth Phosphate
Surfaktan dalam skincare alami selanjutnya adalah potassium laureth phosphate, kemampuan membersihkannya pun terbilang snagat unggul. Namun tetap lebih aman untuk jenis kulit yang kering maupun sensitif.
Sodium Cocoyl Isethionate (SCI)
Last but not least, ada sodium cocoyl isethionate (SCI) yang merupakan jenis surfaktan alami dengan tekstur terlembut yang digunakan dalam berbagai produk pembersih wajah.
Bahkan jenis surfaktan alami satu ini diklaim sangat ramah di kulit dan dapat digunakan denga naman buat kamu yang punya kulit kering maupun sensitif.
Well, sebenarnya selain beberapa jenis yang telah disebutkan di atas, ragam surfaktan alami sebenarnya masih ada banyak lagi.
Tentu saja sifatnya tak kalah gentle, lembut, dan tak akan membuat kulitmu jadi kering maupun teriritasi. Surfaktan-surfaktan jenis ini bisa dibilang adalah jawaban bagi kamu yang enggan dan merasa sanksi untuk menggunakan jenis sitetisnya.
Nah, setelah membaca ulasan di atas, bagaimana pandnaganmu soal kandungan surfaktan dalam skincare? Kalau disuruh milih, kamu pilih yang alami atau sitetis?
Tulis jawaban dan pendapatmu di kolom komentar, ya!