Bisnis Kosmetik

Product Life Cycle: Definisi, Tahapan, Faktor, Tantangan, dan Strategi

product life cycle adalah

Generasi 90-an, apakah di antara kalian ada yang familiar dengan sebuah produk deodroan bubuk bermerek M.B.K? Dulu, produk ini sangat terkenal dan dipercaya ampuh dalam mencegah bau badan dan mengatasi keringan berlebih. Akan tetapi, lambat laun produk deodoran bubuk ini mulai ditinggalkan oleh penggunanya. Well, inilah pentingnya bagimu mempelajari soal product life cycle.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Hal itu bisa terjadi karena produk tersebut tidak mampu bersaing dengan produk baru yang lebih inovatif.

Tergerusnya produk deodoran bubuk ini disinyalir karena adanya produk deodoran yang lebih praktis dan mudah digunakan. Hal tersebut sangat wajar terjadi dalam dunia bisnis.

Seperti halnya manusia, sebuah produk memiliki siklus hidupnya sendiri. Produk yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan zaman akan hilang dari peredaran.

Jadi, apakah product life cycle itu? Dan bagaimanakah cara memperpanjang umur produk agar terus relevan di setiap zaman? Temukan jawabannya pada artikel ini.

Apa Itu Product Life Cylcle

Dalam dunia bisnis, ketika sebuah perusahaan memproduksi sebuah produk, pernah kah kamu berpikir bahwa produk yang diluncurkan tersebut bisa saja flop suatu hari nanti? Hal tersebut dapat terjadi karena semua produk yang diproduksi oleh perusahaan akan mengalami product life cycle.

Product life cycle atau siklus hidup produk adalah konsep yang menggambarkan rangkaian tahapan dari suatu produk yang mengacu pada proses perjalanannya, mulai dari masa perkenalan, pertumbuhan, pematangan, hingga penurunan.

Umumnya, konsep ini digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui waktu yang tepat untuk memperluas jangkauan pasar, meningkatkan iklan, menurunkan harga, hingga mendesain ulang kemasan produk.

Bukan hanya itu, product life cycle juga dapat digunakan untuk mengetahui kapan produk baru dapat menggeser produk lama keluar dari market.

Dalam hal ini, perlu diketahui bahwa semua produk pada akhirnya akan keluar dari market karena berbagai macam faktor, mulai dari tingkat persaingan yang tinggi hingga penurunan permintaan terhadap produk yang ditawarkan.

 Sehingga, jangan heran apabila kamu sering menemui produk lama yang dahulu sangat populer pada akhirnya ketinggalan zaman dan digantikan dengan produk baru yang lebih trendy.

Fenomena tersebut memperlihatkan bagaimana product life cycle berperan penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis jangka panjang. Adanya product life cycle mampu membantu perusahaan dalam menetapkan strategi yang tepat dalam memasarkan sebuah produk.

Tidak hanya itu, perusahaan dapat mengambil langkah perpanjangan umur produk dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.

Tahap Product Life Cycle

Seperti yang telah dibahas di atas, product life cycle terdiri atas beberapa tahapan, mulai dari tahap perkenalan (introduction), pertumbuhan (growth), pematangan (maturity), hingga penurunan (decline).

Tahap-tahap tersebut akan memberikan gambaran umum bagi perusahaan untuk menentukan tujuan bisnis ke depannya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tahap product life cycle, simak penjelasannya berikut ini.

Introduction

Tahap introduction atau tahap perkenalan merupakan tahap awal yang berat bagi sebuah perusahaan. Pada tahap ini, perusahaan akan mulai memproduksi sebuah produk baru yang nantinya akan diluncurkan di pasaran.

Beragam strategi akan dilakukan oleh perusahaan agar produk yang diluncurkan dapat disambut dan diterima oleh masyarakat dengan baik.

Pada tahap perkenalan ini, umumnya keuntungan perusahaan masih terbilang kecil. Hal tersebut karena perusahaan mengeluarkan biaya yang besar untuk promosi dan pengiklanan. Promosi dan pengiklanan ini tidak lain dan tidak bukan ditujukan agar masyarakat segera mengenal produk yang dirilis tersebut.

Kegiatan tersebut biasanya dibarengi dengan pengadaan promosi besar-besaran berupa diskon atau cashback dengan tujuan untuk menarik minat konsumen agar melakukan pembelian.

Secara keseluruhan, tujuan dari tahap perkenalan ini adalah meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk dengan harapan perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari popularitas produk yang semakin meningkat.

Misalnya, brand Rexona meluncurkan sebuah produk deodoran dengan bentuk baru yang lebih praktis, yaitu roll on.

Pada mulanya, brand ini akan mengenalkan produk deodoran roll on ini ke masyarakat dengan menawarkan kepraktisan dan kemudahan penggunaan dengan tidak mengesampingkan fungsi penggunaannya.

Agar masyarakat mengetahui, mengenali, hingga tertarik untuk membeli produk deodoran roll on dari brand ini, Rexona akan mulai mengenalkan fungsi dan kelebihan dari produk tersebut.

Selain itu, untuk lebih menarik perhatian, iklan produk dapat dibarengi dengan promo menarik seperti buy one get one free, dan lain sebagainya.

Growth

Tahap selanjutnya adalah tahap pertumbuhan. Pada tahap ini, konsumen mulai mempercayai produk dan tidak segan untuk melakukan pembelian.

Salah satu tanda bahwa produk berada dalam tahap pertumbuhan adalah makin banyaknya konsumen yang membeli dan menggunakan produk tersebut sehingga intensitas produksi perusahaan pun meningkat.

Dalam kata lain, produk yang diproduksi perusahaan tersebut terbukti diterima oleh masyarakat, baik karena kualitas produk yang dihasilkan atau terjangkaunya harga jual.

Perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi dan cash flow pun menjadi positif karena larisnya produk di pasaran.

Umumnya, pada tahap ini perusahaan akan mengembangkan promosi produk agar popularitas produk semakin meningkat. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan tingkat kompetisi dan persaingan bisnis juga akan semakin tinggi. Sehingga, tidak jarang perusahaan akan mengubah harga produk agar lebih kompetitif di pasaran.

Kita ambil contoh dari product deodoran Rexona tadi, Setelah usaha promosi dilakukan dengan baik, produk tersebut dapat diterima masyarakat dengan baik dan popularitasnya pun meningkat disertai dengan meningkatnya hasil penjualan produk dalam waktu singkat.

Di sisi lain, mulai banyak bermunculan brand lain di pasaran yang menjual produk deodoran roll on. Dalam hal ini, Rexona harus menetapkan strategi yang tepat agar produknya tetap kokoh di pasaran dan tidak tergeser oleh persaingan.

Maturity

Setelah sebuah produk sampai pada tahap pertumbuhan, produk tersebut akan masuk pada tahap pendewasaan. Pada tahap ini, sebuah produk dapat tetap mengalami kenaikan penjualan atau bahkan penurunan. Hal tersebut dipicu oleh adanya persaingan pasar.

Bagi brand yang memimpin pasar, mereka akan mendapat keuntungan yang besar, produksi akan meningkat, dan cash flow pun akan semakin kuat. Adapun bagi brand yang tidak mampu bersaing, maka akan semakin tertinggal.

Oleh karena itu, tahap product life cycle ini adalah tahap di mana perusahaan atau brand harus melakukan inovasi besar-besaran terhadap produknya.

Hal tersebut dilakukan agar dapat mengungguli kompetitor yang semakin meningkat. Akan tetapi, perusahaan harus bijak dalam mengeluarkan biaya untuk mengembangkan produknya agar tidak sampai mengalami kerugian besar.

Sebagai contoh, Rexona berinovasi untuk mengembangkan produk deodoran roll on yang tadinya hany berfungsi untuk mengatasi bau badan dan keringat berlebih menjadi produk untuk memutihkan ketiak.

Inovasi tersebut tentu sangat ditunggu oleh kaum wanita yang menginginkan memiliki kulit ketiak yang cerah agar tingkat percaya diri mereka meningkat.

Decline

Tahap terakhir adalah tahap decline atau tahap penurunan. Dalam tahap penolakan ini produk mengalami penurunan dari segi penjualan. Hal tersebut dapat dipicu oleh berbagai macam faktor, misalnya menurunnya minat konsumen terhadap produk yang dijual.

Hal tersebut terjadi karena target pasar mulai jenuh atau konsumen beralih ke produk dari brand lain yang lebih menarik.

Biasanya, perusahaan atau brand yang tidak dapat mengatasi masalah tersebut harus menerima kenyataan bahwa produknya akan ditarik dari pasar. Kecuali, perusahaan tersebut berani mengambil langkah baru dengan mendesain ulang produk tersebut untuk menjaga relevansi pasar.

Sehingga, terlepas dari semua itu, sebenarnya perusahaan masih memiliki kemungkinan untuk memperpanjang umur produk dan memperoleh keuntungan pada tahap penurunan ini. Misalnya, perusahaan beralih ke metode produksi dan pasar yang lebih murah.

Contoh brand produk deodorant yang mengalami tahap penurunan adalah M.B.K. Brand tersebut menjual produk deodoran dalam bentuk bubuk yang tidak relevan digunakan di zaman yang serba praktis ini. Oleh karena itu, produk tersebut lambat laun ditinggalkan oleh konsumennya dan dapat hilang dari pasaran.

Lain hal dengan Brand Rexona yang tetap eksis dengan produk andalannya. Rexona telah mengeluarkan berbagai macam bentuk deodoran mulai dari roll on, spray, hingga krim sachet yang setiap bentuknya memiliki keunggulan masing-masing.

Dalam upaya memperkokoh brandnya di tengah gempuran persaingan ketat di pasaran, brand Rexona juga melakukan banyak inovasi lain dengan menciptakan berbagai produk deodoran yang unik dan lebih spesifik, misalnya produk deodoran khusus untuk wanita, pria, atau muslimah berhijab.

Produk-produk tersebut tentu saja didesain dan diiklankan sesuai dengan konsepnya sehingga tetap dicari dan dibeli oleh konsumen setianya.

Faktor yang Dapat Memengaruhi Product Life Cycle

Product life cycle mungkin tidak dapat dijadikan parameter keberhasilan yang jelas, tetapi tahapan dalam product life cycle adalah cerminan atau gambaran atas pencapaian produk dalam siklus hidupnya.

Dalam hal ini, terdapat faktor tak terduga yang muncul dan dapat memengaruhi product life cycle sebuah perusahaan pada setiap tahapannnya.

Biasanya, faktor-faktor tersebut di luar kontrol perusahaan sebagai produsen. Sehingga, faktor-faktor tersebut dapat membahayakan kondisi produk di pasaran apabila dibiarkan. Apa saja faktor-faktor yang dapat memengaruhi product life cycle tersebut? Simak pemaparannya di bawah ini.

Perkembangan Teknologi

Salah satu faktor terbesar yang dapat memengaruhi product life cycle adalah adanya perkembangan teknologi.

Perkembangan teknologi biasanya mengacu pada hasil temuan para ilmuwan dan pakar yang expert di bidangnya. Temuan-temuan tersebut pada umumnya sangat relevan dengan kebutuhan sehari-hari manusia.

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan jika penemuan-penemuan tersebut bersifat disruptif, yaitu mengubah atau mengganggu sistem yang sudah ada.

Sebagai contoh, penemuan deodoran roll on memang banyak diminati oleh para konsumen karena penggunaanya yang lebih praktis dan tidak cepat habis.

Hanya saja, deodoran ini membutuhkan waktu lama untuk kering di ketiak dan lebih mudah menimbulkan noda kekuningan di baju.

Adapun penemuan deodoran spray yang memiliki tekstur gas dan mudah sekali kering membuat persentasi timbulnya noda kekuningan di baju akan lebih sedikit serta ketiak terasa lebih dingin.

Hanya saja, deodoran ini harganya cenderung lebih mahal daripada versi roll on. Tidak hanya itu, deodoran yang mudah habis ini mengandung alkohol yang cukup berbahaya apabila digunakan terus-menerus.

Pergeseran Nilai

Faktor selanjutnya yang dapat memengaruhi product life cycle adalah pergeseran nilai. Pergeseran nilai ini dapat disebabkan oleh visi dan pandangan masyarakat yang memaksakan persyaratan pada bahan atau produk tertentu.

Sebagai contoh, di era modern ini, produk dan perusahaan yang ramah lingkungan umunya akan memiliki nilai tinggi.

Meneruskan contoh yang tadi, deodoran biasanya terbuat dari bahan kimia maupun hewani yang dapat menyebabkan iritasi.

Sehingga, kemudian muncul brand-brand deodoran baru yang merilis produk deodoran vegan yang lebih ramah lingkungan, seperti brand Lovefresh, Schmidt’s, Dessert Essence, dan Lavanila.

Brand deodoran vegan tersebut bebas dari kandungan bahan kimia, seperti paraben, alkohol, dan triclosan. Produk deodoran vegan tersebut biasanya terbuat dari bahan-bahan alami, seperti tea tree, ekstrak daun nimba, cocoa sheed, shea, dan minyak essensials.

Sehingga tidak heran apabila produk-produk ini dinilai tinggi oleh konsumen karena kandungannya yang alami dan ramah lingkungan.

Perubahan Tren

Perubahan tren menjadi faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi siklus hidup produk yang akan kamu ciptakan nantinya. Produk-produk yang relevan dengan tren dan mode-mode terbaru akan memiliki nilai lebih tinggi di mata konsumen.

Hal tersebut disebabkan oleh perkembangan teknologi yang menimbulkan rasa FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut seseorang akan ketinggalan zaman.

Bahkan, saat ini produk perusahaan yang masih menggunakan mode lama akan dianggap dan tak bernilai di pasaran. Sebagai contoh, produk deodoran bubuk M.B.K telah banyak ditinggalkan oleh penggunanya karena dirasa kurang praktis.

Meskipun brand ini juga mengeluarkan produk yang sama dalam bentuk roll on, persaingan dengan brand lain yang lebih kuat dan inovatif membuatnya tidak sepopuler pada zamannya.

Stabilitas Ekonomi

Stabilitas ekonomi negara dan dunia menjadi faktor yang cukup signifikan dalam memengaruhi product life cycle. Kemapanan ekonomi negara menunjukkan jumlah konsumen tetap yang setia. Akan tetapi, krisis ekonomi akan membuat konsumen berkurang dan akhirnya hilang.

Dalam kondisi kurangnya basis konsumen tersebut, perusahaan perlu memikirkan niche alternative, metode yang lebih murah, dan cara lain agar produk tetap relevan dengan perkembangan zaman. Sehingga, konsumen akan tetap setiap dan tidak keberatan dalam melakukan pembelian.

Munculnya Kompetitor

Faktor terakhir yang dapat memengaruhi product life cycle adalah munculnya kompetitor. Kompetitor yang hadir dengan produk baru dapat memengaruhi product life cycle sebuah perusahaan dengan cukup signifikan.

Produk baru yang diluncurkan oleh brand lain biasanya masuk ke pasar dengan harga yang lebih murah serta bahan yang lebih berkenan di benak konsumen.

Sehingga, dalam upaya menarik perhatian konsumen lagi, perusahaan mau tidak mau harus memberikan produk dengan kualitas serta fitur yang lebih baik.

Tantangan Menggunakan Product Life Cycle

Product life cycle adalah konsep yang terlihat kompleks, sehingga perusahaan harus lebih memperhatikannya lagi jika ingin menjalankan bisnisnya dengan lancar.

Perlu diingat bahwa sebagian produk dapat bertahan dalam beberapa bulan atau tahun. Sementara, sebagian produk lainnya dapat bertahan dalam beberapa dekade atau abad.

Fenomena tersebut tentu saja dapat menjadi tentangan tersendiri bagi sebagian besar perusahaan. Dalam hal ini, penjualan yang meningkat tidak selalu menunjukkan pertumbuhan, begitu pun penuruanan penjualan tidak selalu menunjukkan penurunan. Oleh karena itu lah, konsep product life cycle ini disebut kompleks.

Selain itu, kematangan dan penurunan bisa jadi sulit untuk diidentifikasikan. Sehingga, perusahaan harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan di setiap product life cycle.

Strategi Siklus Hidup Produk yang Wajib Kamu Terapkan

Setelah memahami tahapan-tahapan , faktor-faktor yang memengaruhi, dan tantangan dalam product life cycle bagi sebuah perusahaan, berikut ini strategi product life cycle yang dapat diterapkan untuk memperpanjang umur produk dan memperkokoh eksistensinya di masyarakat.

Rencanakan Beberapa Produk Sekaligus

Strategi pertama yang dapat dilakukan adalah merencanakan beberapa produk sekaligus. Pada tahap pengenalan produk life cycle, perusahaan pastinya masih mengalami uji coba produk dan hasil penerimaan produk dalam masyarakat belum dapat diprediksi.

Dalam upaya menghindari kegagalan produk, perusahaan dapat merencanakan beberapa produk sekaligus. Hal tersebut dilakukan sebagai alternatif lain apabila salah satu produk belum berhasil diterima masyarakat, perusahaan masih memiliki produk cadangan untuk diuji coba kembali.

Misanya, Brand Rexona mengeluarkan produk deodoran dalam bentuk spray dan roll on. Apabila produk deodoran spray kurang diminati oleh konsumen, maka produk deodoran roll on akan diuji coba dengan harapan dapat diterima dan laku di pasaran.

Rilis Produk Satu Per Satu Sesuai Minat Masyarakat

Strategi lain yang dapat diterapkan oleh sebuah perusahaan adalah merilis produk secara bertahap berdasarkan minat konsumen. Dengan demikian, perusahaan dapat memetakan produk sesuai dengan target pasar yang tepat.

Selain itu, perusahaan dapat lebih fokus memaksimalkan satu produk hingga berhasil. Dengan merilis produk bersamaan, dikhawatirkan konsumen akan bingung dengan produk yang dikeluarkan.

Pelajari Reaksi Masyarakat Terhadap Suatu Produk

Strategi selanjutnya yang dapat diterapkan adalah mempelajari reaksi masyarakat terhadap suatu produk.

Dengan melakukan evaluasi, perusahaan dapat menilai perilaku masyarakat terhadap produk baru tersebut. Sehingga, perusahaan dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu produk dan bisa mengambil keputusan berdasarkan data tersebut.

Lakukan Promosi Selama Produk Masih Laku Keras

Melakukan promosi selama produk masih laku keras dapat menjadi strategi product life cycle yang jitu. Meskipun produk yang dijual laris manis di pasaran, bukan berarti perusahaan dapat mengurangi aktivitas promosinya.

Sebaliknya, perusahaan harus tetap gencar melakukan promosi secara terus-menerus agar produk masuk ke tahap kedewasaan.

Segera Perbarui Strategi Promosi Saat Produk Tidak Laku

Ketika perusahaan menyadari adanya produk yang tidak laku di pasaran, strategi product life cycle yang bisa diterapkan adalah melakukan pembaharuan strategi promosi. Dalam hal ini, perusahaan dapat mengumpulkan seluruh cara promosi terbaik dan menerapkannya dalam produk.

Jika kurang referensi, perusahaan dapat melirik strategi promosi dari kompetitor dan melakukan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).

Siap-Siap Merilis Produk Selanjutnya

Strategi terakhir product life cycle adalah menyiapkan produk baru untuk dirilis selanjutnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi rasa bosan konsumen pada produk lama.

Dalam upaya mempertahankan siklus hidup produk agar tidak mati, maka perusahaan harus siap melakukan inovasi produk yang akan dirilis berikutnya.

Hal tersebut tentu saja akan membawa suasana baru terhadap produk sehingga minat konsumen dapat tumbuh kembali dan penjualan pun akan meningkat.

Demikianlah penjelasan mengenai product life cycle beserta tahapan, faktor, tantangan, dan strategi dalam memperpanjang siklus hidup produk. Seperti yang telah dibahas di atas, sebuah produk akan melalui perjalanan panjang semasa hidupnya, mulai dari masa pengenalan, pertumbuhan, pendewasaan, hingga penurunan.

Hal tersebut sangat wajar terjadi. Akan tetapi, perusahaan harus berusaha untuk senantiasa berusaha agar produk yang dijualnya tetap eksis dan laris di pasaran dengan menerapkan strategi-strategi yang dapat memperpanjang umur produk. Jika sebuah produk memang tidak dapat diselamatkan, maka perusahaan harus mengambil langkah yang lebih berani dalam mengembangkan inovasinya untuk menciptakan produk baru yang lebih relevan.

Menciptakan Produk Kosmetik yang Inovatif dan Up To Date

Beautypreneurs, setelah mempelajari bagaimana tahapan siklus produk di atas dan strateginya dalam bisnis. Kamu pasti sepakat bahwa terus berinovasi dan menciptakan produk terbaik di pasaran adalah hal yang perlu kamu lakukan sebagai brand owner.

Untuk melakukan inovasi produk ini, tak cuma perlu memantau tren kecantikan, tapi juga harus memiliki tim yang unggul dan selalu mengerti keinginan pasar terhadap suatu produk kosmetik. Dan kualitas inilah yang tim Mash Moshem Indonesia miliki.

Bersama tim formulator, pemasaran, dan desainer kami, kamu bisa menciptakan berbagai produk kosmetik inovatif dan terbaru di pasaran. Bahkan, kami bisa membantumu menciptakan produk yang ‘benar-benar baru’. Dan bukan tak mungkin, kalau kamu akan memimpin pasar setelah itu.

Tim formulator kami terdiri dari orang-orang yang kompeten, berpengalaman di bidangnya, dan selalu melakukan riset dalam proses pengembangan produk. Artinya, kami tak hanya berhenti dengan hanya satu formula saja, melainkan selalu berinovasi dan mengembangkan riset produk.

Well, karenanya, kamu tak perlu khawatir soal kualitas dan nilai produk yang akan kamu buat lewat jasa maklon kosmetik kami. Gimana, tertarik?

author-avatar

About Mash Moshem Indonesia

PT. Mash Moshem Indonesia merupakan perusahaan jasa pembuatan kosmetik private label yang telah beroperasi sejak tahun 2011